Kisah inspiratif yang menyentuh seringkali muncul tak terduga, di saat-saat yang sepertinya biasa saja. Beberapa waktu lalu, ketika sedang menunggu, seorang bapak tua membagikan ceritanya kepada salah seorang tim Vemale. Sebut saja namanya pak Alif, usianya sudah menjelang 80 tahun tetapi badannya masih tegap dan pandangan matanya tajam penuh damai. Kisah yang dituturkan setelahnya membuat Vemale tertegun sesaat, mengagumi cara Allah menyatakan takdir manusia. Berikut ini kami tuliskan kembali seperti bagaimana beliau menuturkannya.
Ilustrasi Perceraian
Saya dilahirkan dari keluarga yang religius, orang tua saya pemuka agama di pinggiran kota Bandung. Setelah lulus kuliah saya mendedikasikan hidup untuk melayani masyarakat di banyak kegiatan sosial, sama seperti pekerjaan orang tua saya. Saya masih sangat muda ketika orang tua menikahkan saya dengan gadis pilihan mereka, yang kebetulan juga gadis idaman saya, seorang wanita dari Medan, cantik parasnya dan rendah hati.
” Kami terbiasa untuk selalu kelihatan rukun meski sebenarnya kami tidak pernah bicara satu dengan yang lain.”
Setelah menikah kami pindah ke Medan. Di sana kami dikenal sebagai keluarga pemuka agama muda. Saya sehari-harinya melayani penduduk setempat di bidang sosial kemasyarakatan dan banyak dipanggil orang ke sana ke mari untuk memberikan ceramah, mulai dari komunitas di Banjarmasin, Gorontalo, bahkan sampai ke luar negeri. Saya sering dipanggil berceramah Sydney, London, bahkan Copenhagen, L.A. dan New York. Begitu sibuknya saya sampai-sampai tidak mengenal istri saya. Dari situ mahligai pernikahan kami mulai diterpa badai, kami seperti dua orang asing yang tidur seranjang dan tidak pernah ada komunikasi. Hanya menutup mata dan bangun sambil saling tidak peduli.
Di luar banyak orang menilai kami berdua adalah pasangan yang harmonis dan penuh kasih sayang, tetapi sesungguhnya kami hanya berakting karena posisi kami sebagai pemuka agama yang cukup terpandang. Kami terbiasa untuk selalu kelihatan rukun meski sebenarnya kami tidak pernah bicara satu dengan yang lain. Suatu hari kami sepakat untuk berpisah, karena kami merasa tidak harmonis lagi. Pernikahan kami tidak dikaruniai anak, banyak orang mengira itu penyebabnya, tetapi bukan karena itu kami berpisah. Perpisahan ini semata-mata karena kami berdua sudah tidak tahan satu dengan yang lain. Hati saya sebenarnya tidak mau cerai karena buat agama saya, perceraian adalah tidak mungkin karena apa yang disatukan Allah tidak boleh diceraikan oleh manusia. Istri saya pun demikian, dia tidak siap dengan perceraian apalagi kami berdua adalah pemuka agama. Tetapi semua tidak dapat dielakkan. Delapan tahun usia pernikahan kami ketika kami berpisah.
***
Saya kembali ke Bandung setelah perceraian itu, pelan-pelan saya mulai membangun kredibilitas saya dan mulai aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan lagi. Beberapa tahun kemudian saya bertemu seorang wanita keturunan Cina asal Semarang dan kami menikah. Tetapi perkawinan ini tidak bertahan lama, hanya 3 tahun karena istri saya dipanggil Tuhan.
Saya dengar mantan istri saya di Medan juga menikah lagi dengan seorang pengusaha. Setelah itu saya tidak pernah lagi menerima kabar mengenai dirinya, tidak tahu dia di mana, tidak tahu bagaimana keadaannya. Bertahun-tahun saya sendiri, saya tidak punya hasrat untuk menikah lagi.
Ilustrasi Perceraian
Saya dilahirkan dari keluarga yang religius, orang tua saya pemuka agama di pinggiran kota Bandung. Setelah lulus kuliah saya mendedikasikan hidup untuk melayani masyarakat di banyak kegiatan sosial, sama seperti pekerjaan orang tua saya. Saya masih sangat muda ketika orang tua menikahkan saya dengan gadis pilihan mereka, yang kebetulan juga gadis idaman saya, seorang wanita dari Medan, cantik parasnya dan rendah hati.
” Kami terbiasa untuk selalu kelihatan rukun meski sebenarnya kami tidak pernah bicara satu dengan yang lain.”
Setelah menikah kami pindah ke Medan. Di sana kami dikenal sebagai keluarga pemuka agama muda. Saya sehari-harinya melayani penduduk setempat di bidang sosial kemasyarakatan dan banyak dipanggil orang ke sana ke mari untuk memberikan ceramah, mulai dari komunitas di Banjarmasin, Gorontalo, bahkan sampai ke luar negeri. Saya sering dipanggil berceramah Sydney, London, bahkan Copenhagen, L.A. dan New York. Begitu sibuknya saya sampai-sampai tidak mengenal istri saya. Dari situ mahligai pernikahan kami mulai diterpa badai, kami seperti dua orang asing yang tidur seranjang dan tidak pernah ada komunikasi. Hanya menutup mata dan bangun sambil saling tidak peduli.
Di luar banyak orang menilai kami berdua adalah pasangan yang harmonis dan penuh kasih sayang, tetapi sesungguhnya kami hanya berakting karena posisi kami sebagai pemuka agama yang cukup terpandang. Kami terbiasa untuk selalu kelihatan rukun meski sebenarnya kami tidak pernah bicara satu dengan yang lain. Suatu hari kami sepakat untuk berpisah, karena kami merasa tidak harmonis lagi. Pernikahan kami tidak dikaruniai anak, banyak orang mengira itu penyebabnya, tetapi bukan karena itu kami berpisah. Perpisahan ini semata-mata karena kami berdua sudah tidak tahan satu dengan yang lain. Hati saya sebenarnya tidak mau cerai karena buat agama saya, perceraian adalah tidak mungkin karena apa yang disatukan Allah tidak boleh diceraikan oleh manusia. Istri saya pun demikian, dia tidak siap dengan perceraian apalagi kami berdua adalah pemuka agama. Tetapi semua tidak dapat dielakkan. Delapan tahun usia pernikahan kami ketika kami berpisah.
***
Saya kembali ke Bandung setelah perceraian itu, pelan-pelan saya mulai membangun kredibilitas saya dan mulai aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan lagi. Beberapa tahun kemudian saya bertemu seorang wanita keturunan Cina asal Semarang dan kami menikah. Tetapi perkawinan ini tidak bertahan lama, hanya 3 tahun karena istri saya dipanggil Tuhan.
Saya dengar mantan istri saya di Medan juga menikah lagi dengan seorang pengusaha. Setelah itu saya tidak pernah lagi menerima kabar mengenai dirinya, tidak tahu dia di mana, tidak tahu bagaimana keadaannya. Bertahun-tahun saya sendiri, saya tidak punya hasrat untuk menikah lagi.
{ 0 comments... read them below or add one }
Post a Comment