Saat dikonfirmasi detikcom, Selasa (19/6/2012), Lita yang bekerja di sebuah event organizer ini membenarkan cerita yang ditulisnya di twitter. Dia pun menuturkan, kronologi kejadiannya.
"Saat itu saya baru pulang dari Kemang, melintas di kawasan Bangka. Di sana sudah ada razia dari pihak kepolisian," kata Lita.
Sebagai warga negara yang taat, tentu dia mengikuti perintah petugas agar menepikan Innova yang ditumpanginya bersama karibnya, Yasmin. Sejatinya, dari Kemang, Lita hendak pulang ke rumahnya di kawasan Tebet. Saat itu jam menunjukkan pukul 01.30 WIB, Selasa 19 Juni.
"Polisinya langsung mengarahkan senter ke wajah saya. Dia meminta kita membuka pintu mobil dan turun dari kendaraan," terang Lita.
Nah, entah bagaimana, tiba-tiba seorang polisi berteriak. Dia mengaku menemukan obat-obatan yang dituding sebagai milik Lita dan Yasmin. Setelah itu, polisi meminta agar bagasi kendaraan dibuka. Di sana, ada kotak P3K, sejumlah obat pusing dan obat alergi.
"Di kotak P3K ditemukan obat alergi, itu juga dituding sebagai narkoba," terangLita.
Hingga kemudian perdebatan dengan polisi terjadi. Lita dan Yasmin ngotot. Mereka berdua meminta agar dilakukan cek darah dan urine. Karena di sekitar lokasi ada apotek, dia meminta polisi itu melakukan pemeriksaan obat tersebut ke apotek.
Namun, polisi tetap ngotot, bahwa obat-obatan yang dimiliki Lita dan temannya merupakan narkoba. Keduanya pun merasa diintimidasi petugas yang memakai seragam lengkap dan seorang petugas Provost. Hampir 1 jam dia diminta berdiri merapat ke tembok dan tidak kemana-mana.
"Kita dibentak-bentak juga, seperti tertuduh, padahal itu obat alergi. Dan obat yang ditemukan polisi itu bukan punya kita," terang Lita.
Akhirnya, Lita pun menelepon adiknya. Petugas polisi itu sempat melarang, namun Lita tetap ngotot. Akhirnya sang adik datang, kemudian berbicara baik-baik kepada petugas tersebut dan menyebut kakak dan temannya bukan pemakai, sama sekali jauh dari narkoba.
"Karena polisinya terus ngotot, dan dengan amat sangat terpaksa, adik saya menyebut kenalannya seorang perwira tinggi di Polda Metro. Setelah menyebut nama perwira tinggi itu, polisi yang semula ngotot menjadi ramah," tutur Lita.
Sikap oknum polisi itu kemudian berubah 180 derajat. Mereka juga menyebut obat-obatan yang disita itu sebagai obat alergi. Malah Lita yang dituding bersikap reaktif. Tidak lama, Lita pun diperbolehkan pulang. Lucunya, polisi malah memberi 4 butir obat, yang sebelumnya disebut sebagai narkoba. Padahal, obat-obatan itu bukan milik dia. Milik Lita hanya obat alergi.
"Saya jadi trauma dengan kejadian ini, bagaimana dengan yang lain yang langsung ketakutan kalau kena dituding punya obat," tutur Lita.
sumber
{ 0 comments... read them below or add one }
Post a Comment